Social Icons

Sabtu, 21 Desember 2013

UTS TEKNIK LABORATORIUM

Name   : Ridlo Firmansyah
NIM    : 130210103078
Class    : X
Teknik Laboratorium A
1.      Fungsi lab di sekolah dalam pembelajaran sains tergantung pada pandangan guru terhadap sains dan belajar. Mengapa demikin? Jelaskan!.
2.      Apa perbedaan ciri-ciri lab tradisional dan nontradisional (minimal).Jelaskan!
3.      Bagaimana standar pembagian ruang lab?, jelaskan masing-masing standarisasi bag ruang lab tsb!.
4.      Bagaimana menurut Anda seharusnya letak laboratorium:
a. Terhadap ruang-ruang yg lain,
b. Terhadap arah cahaya matahari.
5.      Fasilitas khusus apa yg perlu ada di lab biologi, fisika, dan kimia, Jelaskan!

Answers
1.      Karena ada beberapa pandangan guru yang dapat menentukan fungsi atau karakteristik penggunaan dari suatu laboratorium, pandangan tersebut antara lain
a.       Modern Concept : Guru yang menganut pandangan modern concept akan melaksanakan pembelajaran dengan teori dan parktek yang dilaksanakan dalam satu laboratorium. Maksudnya, laboratorium di sini digunakan sebagai tempat untuk belajar/mengembangkan teori serta praktek sekaligus.
b.      Non Traditional : Guru yang menganut pandangan non traditional akan memfungsikan laboratorium dengan cara “concept from laboratorium”. Artinya, guru menuntut siswa untuk menemukan konsep terlebih dahulu di dalam laboratorium sebelum dibandingkan atau ditambah dengan konsep dari buku atau modul.
c.       Traditional : Guru yang menganut pandangan traditional cenderung pasif untuk menggunakan laboratorium. Guru hanya mengembangkan teori saja di kelas, sehingga penggunaan lab hanya digunakan untuk praktek formal belaka, tanpa digunakan dalam kegiatan lain yang bersifat penelitian atau pengembangan suatu konsep.
d.      Konstruktivistis : Guru yang menganut pandangan konstruktivistik, menuntut siswa untuk dapat menemukan gagasan dan konsep suatu materi dari laboratorium. Sebelum dikenalkan kepada materi, siswa terlebih dahulu melakukan kegiatan di laboratorium untuk menemukan konsep awal terlebih dahulu. Pada pandangan ini, guru hanya bertindak sebagai fasilitator saja, selebihnya dikembalikan kepada siswa.

2.      Lab tradisional
a.       We know as praktikum. Di sini penggunaan laboratorium sebagai tempat praktikum setelah suatu materi telah disampaikan.
b.      Do in specific time. Penggunaan lab digunakan hanya dalam waktu tertentu saja. Jadi antara guru maupun siswa tidak bias sewaktu-waktu menggunakan laboratorium, namun harus menunggu hingga waktu tertentu (misalnya ketika ujian praktikum saja).
c.       Implementing the theory. Laboratorium digunakan hanya untuk mempertegas suatu teori atau untuk mengimplementasikan suatu teori. Jadi siswa telah mendapat teori terlebih dahulu dari penjelasan guru atau modul, bukan didapatkan dari laboratorium.
d.      Teacher gives mark based on report. Penilaian terhadap siswa diberikan berdasarkan laporan hasil praktikum yang mereka lakukan, dimana indikasi baik atau tidaknya ditentukan oleh kesesuaian laporan praktikum terhadap teori.
e.       Kursi dan meja adalah kursi meja permanen yang tidak dapat digeser, sehingga tidak memungkinkan adanya moving position untuk diskusi, bertanya, dan lain-lain.
f.       Models, equipment, only available less (just one models/examples). Materi, maupun model praktikum hanya tersedia sedikit atau hanya satu di depan sebagai model atau contoh.
Lab Non-Traditional
a.       Integrated with learning process, penggunaan lab diintegrasikan dengan kegiatan belajar mengajar, jadi, kegiatan belajar tidak hanya dilakukan di kelas, namun juga di laboratorim sebagai pembanding konsep dengan pembelajaran di kelas
b.      Using laboratory in every learning process, kegiatan belajar sebagian besar/banyak dilakukan di dalam laboratorium, untuk mengkaji, menelaah dan memperdalam penguasaan terhadap suatu materi.
c.       Discussion, laboratorium dapat digunakan sebagai arena diskusi, di mana permasalahan yang ditemukan di laboratorium dapat didiskusikan bersama untuk mendapatkan jalan keluarnya (tidak sepenuhnya berasal dari guru).
d.      Flexibel, kirsi meja dapat dipindah sehingga memungkinkan fleksibilitas di dalamnya, sehingga situasi tidak monoton, siswa dapat leluasa untuk berdiskusi untuk mencari titik terang masalah.
e.       Rubrice, penilaian didasarkan atas aktivitas di laboratorium, berbagai indicator penilaiannya antara lain penggunaan alat, proses awal mengamati, memnggambar jaringan, dll (tidak terpaku pada hasil laporan praktikum).

3.      Standart of room that needed (must be) on the laboratory, such as
a.       Ruang utama, yaitu tempat siswa dan guru melaksanakan berbagai aktivitas laboratorium. Ukuran luas standart yaitu 1 siswa memiliki area bebas 3x3,5m pesegi. Di ruang utama terdapat beragam property seperti meja, kursi, papan tulis, meja praktikum, wastafel, saklar listrik, dll.
b.      Preparation room, digunakan untuk pengecekan apakah alat sehat/dalam kondisi baik yang selalu dikontrol oleh seorang teknisi. Preparation romm berkusar berukuran 2x3m (muat untuk 2 orang).
c.       Storing room, tempat menyimpan, pemeliharaan, penyimpanan alat agar mudah ditemukan, penyimpanan alat diatur agar tidak berbahaya, berukuran besar (0,5m persegi x banyak siswa), alat & bahan di dalamnya dipisah jika mengandung komponen logam, terdapat ventilasi alamiah agar kondisi tidak lembab, alat disimpan berdasarkan pengelompokan dan klasifikasi tertentu.
d.      Library & computer room, ruang perpustakaan sekaligus penyimpan data yang berkaitan dengan materi praktikum atau penelitian di laboratorium, luasnya sekitar 2x3m persegi, terletak di belakang ruang utama, terdapat computer, buku, dan buku khusus spesifikasi lab.
e.       Ruang teknisi, terpisah dari lab agar tidak mengganggu, tempat bengkel atau reparasi dan kalibrasi alat yang rusak, berukuran 3x3 m persegi.
f.       Students storing self room, ruang tempat menyimpan tas dan barang pribadi siswa, terdapat loker, terletak di luar lab utama.

4.      a. Terhadap ruang yang lain, ruang lab seharusnya berdekatan dengan kelas yang bersangkutan, untuk lab IPA, seharusnya berdekatan dengan kelas IPA, letak dengan ruang lain agak berjauhan agar tidak terkontaminasi dan mengganggu proses belajar mengajar. Tempat pembuangan harus jauh dari sumber air dan perumahan penduduk. Letak lab seharusnya di lantai pertama agar mempermudah evakuasi jika terjadi kecelakaan.
b.  Terhadap arah cahaya matahari, sinar matahari pagi harus dapat menembus laboratorium, sedangkan cahaya matahari senja sebaiknya tidak dapat menembus ruang laboratorium. Ruang laboratorium tidak boleh gelap (tidak terkena cahaya matahari). Penyinaran oleh matahari berfungsi untuk menghemat listrik serta menetralisir berbagai partikel partikel yang terkumpul di laboratorium.

5.      a. Biologi : lahan kosong, untuk kegiatan yang memerlukan lahan seperti suksesi, kultur jaringan, dll. Sediakan pula tempat organism hidup seperti akuarium, maupun kandang (kesemuanya harus dikontrol kebersihannya). Ruang gelap, untuk percobaan yang tidak memerlukan cahaya
b. Fisika : ruang gelap

c. Kimia : lemari asam, blower penyedot untuk menghilangkan dan menjauhkan bau beracun hasil suatu reaksi kimia tertentu.

Rabu, 11 Desember 2013

Percepatan Gravitasi

Percepatan gravitasi
Percepatan gravitasi adalah percepatan yang dialami oleh benda yang jatuh bebas dari ketinggian tertentu menuju permukaan bumi. Berdasarkan eksperimen yang dilakukan oleh fisikawan, besar percepatan gravitasi bumi adalah 9,8 m/s2. Ini adalah nilai rata-rata. Besar percepatan gravitasi di beberapa tempat yang berbeda bisa saja tidak tepat sama dengan 9,8 m/s2. Untuk mempermudah perhitungan soal-soal, terkadang nilai percepatan gravitasi 9,8 m/s2 ini dibulatkan menjadi 10 m/s2. Arah percepatan gravitasi adalah menuju pusat bumi atau tegak lurus menuju permukaan tanah.
Gerak jatuh bebas dan kaitannya dengan percepatan gravitasi
Gerak jatuh bebas merupakan gerak benda jatuh dari ketinggian tertentu menuju permukaan tanah tanpa kecepatan awal dan benda mengalami percepatan gravitasi konstan sebesar 9,8 m/s2. Percepatan merupakan besaran vektor sehingga mempunyai besar dan arah. Besar percepatan gravitasi 9,8 m/s2artinya kelajuan benda bertambah 9,8 m/s setiap 1 sekon. Setelah jatuh bebas selama 2 sekon, kelajuan benda bertambah menjadi 19,6 m/s. Demikian seterusnya. Arah percepatan gravitasi adalah menuju pusat bumi.
Kelajuan setiap benda yang jatuh bebas bertambah secara teratur karenanya gerak jatuh bebas merupakan salah satu contoh gerak lurus berubah beraturan.  Terdapat tiga rumus turunan gerak lurus berubah beraturan yang digunakan untuk menghitung besaran-besaran fisika terkait gerak lurus beraturan, seperti jarak, kecepatan awal dan akhir, selang waktu dan percepatan. Ketiga rumus tersebut adalah : vt = vo + a t, s = vo t + ½ a t2, vt2 = vo2 + 2 a s, di mana vt = kelajuan akhir, vo = kelajuan awal, a = percepatan benda, t = selang waktu tempuh, s = jarak tempuh, vo = kelajuan awal.
Gerak jatuh bebas merupakan contoh gerak lurus berubah beraturan karenanya rumus yang digunakan di gerak jatuh bebas pada dasarnya sama dengan rumus gerak lurus berubah beraturan di atas dan disesuaikan lagi dengan situasi dan kondisi pada gerak jatuh bebas. Ketiga rumus di atas jika diubah menjadi rumus gerak jatuh bebas maka akan berubah menjadi vt = g t, h = ½ g t2, vt2 = 2 g h, di mana vt = kelajuan akhir, g = percepatan gravitasi, t = selang waktu, h = ketinggian atau jarak tempuh pada arah vertikal.

Kamis, 05 Desember 2013

A Friend......

A friend is someone who is concerned with everything you do
 A friend is someone who is concerned with everything you think
 A friend is someone to call upon during good times
 A friend is someone to call upon during bad times
 A friend is someone who understands whatever you do
 A friend is someone who tells you the truth about yourself
 A friend is someone who knows what you are going through at all times
 A friend is someone who refuses to listen to gossip about you
 A friend is someone who supports you at all times
 A friend is someone who does not compete with you
 A friend is someone who is genuinely happy for you when things go well
 A friend is someone who tries to cheer you up when things do not go well
 A friend is an extension of yourself without which you are not complete
***

Minggu, 01 Desember 2013

Blood Type

An Austrian immunologist named Karl Leinstener (1869-1943) grouped human bllood into 4 types :

  • Type A in which the erythrocyte contains agglutinogen A and the plasma contains agglutinin b (beta).
  • Type B in which the erythrocyte contains agglutinogen B and the plasma contains agglutinin a (alpha).
  • Type AB in which the erythrocyte contains agglutinogen A and B, and the plasma lacks agglutinin.
  • Type O in which the erythrocyte lacks agglutinogen, but the plasma contains agglutinin a (alpha) and b (beta).
Aglutinogen is a protein in red blood cells that can be coagulated by agglutinins. There are two types of aglutinogen on erytrocyte, A and B. Agglutinin is a protein in blood plasma that agglutinate aglutinogen. Agglutinin function as antibodies. There are two kinds of agglutinins, agglutinins α (alpha) and agglutinin β (beta). Agglutinins α is also called anti-A serum that will agglutinate aglutinogen A. While agglutinin β is also called anti-B serum that will agglutinate aglutinogen B.

Rabu, 27 November 2013

Pengaruh Temperatur Terhadap Viskositas

Viskositas cairan naik dengan naiknya tekanan, sedangkan viskositas gas tidak dipengaruhi oleh tekanan. Viskositas akan turun dengan naiknya suhu, sedangkan viskositas gas naik dengan naiknya suhu. Pemanasan zat cair menyebabkan molekul-molekulnya memperoleh energi. Molekul-molekul cairan bergerak sehingga gaya interaksi antar molekul melemah. Dengan demikian viskositas cairan akan turun dengan kenaikan temperatur. Penambahan gula tebu meningkatkan viskositas air. Adanya bahan tambahan seperti bahan suspensi menaikkan viskositas air. Pada minyak ataupun gliserin adanya penambahan air akan menyebabkan viskositas akan turun karena gliserin maupun minyak akan semakin encer, waktu alirnya semakin cepat. Viskositas naik dengan naiknya berat molekul. Misalnya laju aliran alkohol cepat, larutan minyak laju alirannya lambat dan kekentalannya tinggi serta laju aliran lambat sehingga viskositas juga tinggi. Viskositas akan naik jika ikatan rangkap semakin banyak.

Selasa, 26 November 2013


(Saripudin, Aip.2001.Jakarta:Grafindo) Praktis Belajar Fisika

Viskositas

Viskositas merupakan ukuran kekentalan fluida yang menyatakan besar kecilnya gesekan di dalam fluida. Makin besar viskositas suatu fluida, maka makin sulit suatu fluida mengalir dan makin sulit suatu benda bergerak di dalam fluida tersebut. Di dalam zat cair, viskositas dihasilkan oleh gaya kohesi antara molekul zat cair. Sedangkan dalam gas, viskositas timbul sebagai akibat tumbukan antara molekul gas. Viskositas zat cair dapat ditentukan secara kuantitatif dengan besaran yang disebut koefisien viskositas. Satuan SI untuk koefisien viskositas adalah Ns/m2 atau pascal sekon (Pa s). Ketika Anda berbicara viskositas Anda berbicara tentang fluida sejati. Fluida ideal tidak mempunyai koefisien viskositas. Apabila suatu benda bergerak dengan kelajuan v dalam suatu fluida kental yang koefisien viskositasnya, maka benda tersebut akan mengalami
gaya gesekan fluida , dengan k adalah konstanta yang bergantung pada bentuk geometris benda. Berdasarkan perhitungan laboratorium, pada tahun 1845, Sir George Stokes menunjukkan bahwa untuk
benda yang bentuk geometrisnya berupa bola nilai k = 6 π r. Bila nilai k dimasukkan ke dalam persamaan, maka diperoleh persamaan seperti berikut:


Perhatikan sebuah bola yang jatuh dalam. Gaya-gaya yang bekerja pada bola adalah gaya berat w, gaya apung Fa, dan gaya lambat akibat viskositas atau gaya stokes Fs. Ketika dijatuhkan, bola bergerak dipercepat. Namun, ketika kecepatannya bertambah, gaya stokes juga bertambah. Akibatnya, pada suatu saat bola mencapai keadaan seimbang sehingga bergerak dengan kecepatan konstan yang disebut kecepatan terminal. Pada kecepatan terminal, resultan yang bekerja pada bola sama dengan nol. Misalnya sumbu vertikal ke atas sebagai sumbu positif, maka pada saat kecepatan terminal tercapai berlaku berlaku persamaan :



Berdasarkan eksperimen juga diperoleh bahwa koefisien viskositas tergantung suhu. Pada kebanyakan fluida makin tinggi suhu makin rendah koefisien viskositasnya.
a. Fluida yang lebih cair biasanya lebih mudah mengalir, contoh : air
b. Fluida yang lebih kental lebih sulit mengalir, contoh : minyak goreng

Kamis, 21 November 2013

SATUAN DAN PENGUKURAN

BAB I
SISTEM SATUAN DAN PENGUKURAN

Pada Bab I buku Fisika Dasar untuk Sains Anda akan mempelajari tentang sistem satuan dan sistem pengukuran, dan untuk itu akan dimulai dengan pengukuran, sistem satuan, besaran pokok dan besaran turunan.
A.    Pengukuran
Pengukuran merupakan kegiatan sederhana, tetapi sangat penting dalam kehidupan kita. Pengukuran merupakan kegiatan membandingkan suatu besaran dengan besaran lain sejenis yang dipergunakan sebagai satuannya. Misalnya, Anda mengukur panjang buku dengan mistar, artinya Anda membandingkan panjang buku tersebut dengan satuan-satuan panjang yang ada di mistar, yaitu milimeter atau centimeter, sehingga diperoleh hasil pengukuran, panjang buku adalah 210 mm atau 21 cm.
Fisika merupakan ilmu yang memahami segala sesuatu tentang gejala alam melalui pengamatan atau observasi dan memperoleh kebenarannya secara empiris melalui panca indera. Karena itu, pengukuran merupakan bagian yang sangat penting dalam proses membangun konsep-konsep fisika. 
Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pengukuran, pertama masalah ketelitian (presisi) dan  kedua masalah ketepatan (akurasi). Presisi menyatakan derajat kepastian hasil suatu pengukuran, sedangkan akurasi menunjukkan seberapa tepat hasil pengukuran mendekati nilai yang sebenarnya.  Presisi bergantung pada alat yang digunakan untuk melakukan
pengukuran. Umumnya, semakin kecil pembagian skala suatu alat semakin presisi hasil pengukuran alat tersebut. Mistar umumnya memiliki skala terkecil 1 mm, sedangkan jangka sorong mencapai 0,1 mm atau 0,05 mm, maka pengukuran menggunakan jangka sorong akan memberikan hasil yang lebih presisi dibandingkan menggunakan mistar. 
Meskipun memungkinkan untuk mengupayakan kepresisian pengukuran dengan memilih alat ukur tertentu, tetapi tidak mungkin menghasilkan pengukuran yang tepat (akurasi) secara mutlak. Keakurasian pengukuran harus dicek dengan cara membandingkan terhadap nilai standar yang ditetapkan. Keakurasian alat ukur juga harus dicek secara periodik dengan metode  the two-point calibration. Pertama, apakah alat ukur sudah menunjuk nol sebelum digunakan? Kedua, apakah alat ukur memberikan pembacaan ukuran yang benar ketika digunakan untuk mengukur sesuatu yang standar?    


1.    Sumber-sumber Ketidakpastian dalam Pengukuran
Ada tiga sumber utama yang menimbulkan ketidakpastian pengukuran, yaitu:
a. Ketidakpastian Sistematik
Ketidakpastian sistematik bersumber dari alat ukur yang digunakan atau kondisi yang menyertai saat pengukuran. Bila sumber ketidakpastian adalah alat ukur, maka setiap alat ukur tersebut digunakan akan memproduksi ketidakpastian yang sama. Yang termasuk ketidakpastian sistematik antara lain:
1)   Kesalahan Kalibrasi Alat
Ketidakpastian ini muncul akibat kalibrasi skala penunjukkan angka pada alat tidak tepat, sehingga pembacaan skala menjadi tidak sesuai dengan yang sebenarnya. Misalnya kuat arus listrik yang melewati suatu beban sebenarnya 1,0 A, tetapi  bila diukur  menggunakan  suatu Ampermeter tertentu selalu terbaca 1,2 A. Kesalahan tersebut diatasi dengan mengkalibrasi ulang instrumen terhadap instrumen standar.
2)   Kesalahan Nol
Ketidaktepatan penunjukan alat pada skala nol juga melahirkan ketidakpastian sistematik. Hal ini sering terjadi, tetapi juga sering terabaikan. Pada sebagian besar alat umumnya sudah dilengkapi dengan sekrup pengatur/pengenol. Bila sudah diatur maksimal tetap tidak tepat pada skala nol, maka untuk mengatasinya harus diperhitungkan selisih kesalahan tersebut setiap kali melakukan pembacaan skala.
3)   Waktu Respon yang tidak Tepat
Ketidakpastian pengukuran ini muncul akibat dari waktu pengukuran (pengambilan data) tidak bersamaan dengan saat munculnya data yang seharusnya diukur, sehingga data yang diperoleh bukan data yang sebenarnya. Misalnya, kita ingin mengukur periode getar suatu beban yang digantungkan pada pegas dengan menggunakan stopwatch. Selang waktu  yang kita ukur sering tidak tepat karena terlalu cepat atau terlambat menekan tombol stopwatch saat kejadian berlangsung. 
4)   Kondisi yang tidak Sesuai
Ketidakpastian pengukuran ini muncul karena kondisi alat ukur dipengaruhi oleh kejadian yang hendak diukur. Misal, mengukur nilai transistor saat dilakukan penyolderan, atau mengukur panjang sesuatu pada suhu tinggi menggunakan mistar logam. Hasil yang diperoleh tentu bukan nilai yang sebenarnya karena panas mempengaruhi sesuatu yang diukur maupun alat pengukurnya.
5)   Kesalahan Komponen Lain
Seperti melemahnya pegas yang digunakan atau terjadi gesekan antara jarum dengan bidang skala.
6)   Kesalahan Arah Pandang
Membaca nilai skala bila ada jarak antara jarum dan garis-garis skala
Gambar 1.1 Ketika membaca skala pada mistar, arah pandangan harus tepat tegak lurus pada tanda garis skala yang dibaca. Jika tidak akan terjadi kesalahan paralaks, termasuk kesalahan sistematis

b. Ketidakpastian Random
Ketidakpastian random umumnya bersumber dari gejala yang tidak mungkin dikendalikan secara pasti atau tidak dapat diatasi secara tuntas. Gejala tersebut umumnya merupakan perubahan yang sangat cepat dan acak sehingga pengaturan atau pengontrolannya di luar kemampuan kita. Misalnya:
1)      Fluktuasi pada besaran listrik. Tegangan listrik selalu mengalami fluktuasi (perubahan terus menerus secara cepat dan acak). Akibatnya kalau kita ukur, nilainya juga berfluktuasi. Demikian pula saat kita mengukur kuat arus listrik, 
2)      Getaran landasan. Alat yang sangat peka (misalnya seismograf) akan melahirkan ketidakpastian karena gangguan getaran landasannya, 
3)      Radiasi latar belakang. Radiasi kosmos dari angkasa dapat mempengaruhi hasil pengukuran alat pencacah, sehingga melahirkan ketidakpastian random. 
4)      Gerak acak molekul udara. Molekul udara selalu bergerak secara acak (gerak Brown), sehingga berpeluang mengganggu alat ukur yang halus, misalnya mikro-galvanometer dan melahirkan ketidakpastian pengukuran.



c. Ketidakpastian Pengamatan
Ketidakpastian pengamatan merupakan ketidakpastian pengukuran yang bersumber dari kekurangterampilan manusia saat melakukan kegiatan pengukuran. Misalnya: metode pembacaan skala tidak tegak lurus (paralaks), salah dalam membaca skala, dan pengaturan atau pengesetan alat ukur yang kurang tepat. 
Seiring kemajuan teknologi, alat ukur dirancang semakin canggih dan kompleks, sehingga banyak hal yang harus diatur sebelum alat tersebut digunakan. Bila yang mengoperasikan tidak terampil, semakin banyak yang harus diatur semakin besar kemungkinan untuk melakukan kesalahan sehingga memproduksi ketidakpastian yang besar pula.

2.    Aturan Angka Penting
Sebelum membuat laporan hasil pengukuran, akan lebih baik jika anda memahami tetang angka penting beserta aturannya.
Perhatikan kembali gambar 1.2 di bawah ini.





Gambar 1.2 Panjang benda diukur dengan mistar.
                                  Sumber www.absolutvision.com

Panjang logam tersebut pasti melebihi 4,3 cm, dan jika skala tersebut kita perhatikan lebih cermat, ujung logam berada  kira-kira  di  tengah-tengah  skala  4,3  cm  dan  4,4  cm.  Kalau  kita mengikuti aturan penulisan hasil pengukuran hingga setengah skala terkecil, panjang logam dapat dituliskan 4,35 cm.
Angka terakhir (angka 5) merupakan angka taksiran, karena terbacanya angka tersebut hanyalah dari hasil menaksir atau memperkirakan saja. Berarti  hasil pengukuran 4,35 cm terdiri dari dua angka pasti, yaitu angka 4 dan 3, dan satu  angka taksiran yaitu angka 5. Angka-angka hasil pengukuran yang terdiri dari angka pasti  dan angka taksiran disebut  angka penting.
Penulisan angka nol pada angka penting, ternyata memberikan implikasi yang amat berharga.
Untuk mengidentifikasi apakah suatu angka tertentu termasuk angka penting atau bukan, dapat diikuti beberapa kriteria di bawah ini:
a.      Semua angka bukan nol termasuk angka penting.
Contoh: 2,45 memiliki 3 angka penting.
b.      Semua  angka  nol  yang  tertulis  setelah  titik  desimal  termasuk angka penting.
Contoh: 2,60 memiliki 3 angka penting  16,00 memiliki 4 angka penting.
c.       Angka  nol  yang  tertulis  di  antara  angka-angka  penting  (angka-angka bukan nol), juga termasuk angka penting.
Contoh: 305 memiliki 3 angka penting
     20,60 memiliki 4 angka penting
d.     Angka nol yang tertulis sebelum angka bukan nol dan hanya berfungsi sebagai penunjuk titik desimal, tidak termasuk angka penting.
Contoh: 0,5 memiliki 1 angka penting
     0,0860 memiliki 3 angka penting

Hasil pengukuran 186.000 meter memiliki berapa angka penting? Sulit untuk  menjawab pertanyaan ini. Angka 6 mungkin angka taksiran dan tiga angka nol di belakangnya menunjukkan titik desimal. Tetapi dapat pula semua angka tersebut merupakan hasil pengukuran. Ada dua cara untuk memecahkan kesulitan  ini. Pertama: titik desimal diubah menjadi satuan, diperoleh 186 km  (terdiri 3 angka penting) atau 186,000 km (terdiri 6 angka penting). Kedua: ditulis dalam bentuk notasi baku, yaitu 1,86 x 105  m (terdiri 3 angka penting) atau 1,86000 x 105 m (terdiri 6 angka penting).
Jumlah angka penting dalam penulisan hasil pengukuran dapat dijadikan indikator  tingkat  ketelitian  pengukuran  yang dilakukan.  Semakin banyak angka penting yang dituliskan, berarti pengukuran yang dilakukan semakin teliti.
Berikut beberapa contoh penulisan hasil pengukuran dengan memperhatikan angka penting:
1.      Satu angka penting
:
2,
0,1
0,002
0,01   x 10-2
2.      Dua angka penting
:
2,6
1,0
0,010
0,10   x 10-2
3.      Tiga angka penting
:
20,1
1,25
0,0621
3,01   x 10-2
4.      Empat angka penting
:
20,12
1,000
0,1020
1,001 x 10-2

Perhitungan dengan Angka Penting
Setelah mencatat  hasil  pengukuran  dengan  tepat,  diperoleh  data-data kuantitatif  yang  mengandung  sejumlah  angka-angka  penting.  Sering  kali, angka-angka  tersebut  harus  dijumlahkan,  dikurangkan,  dibagi,  atau dikalikan. Ketika kita mengoperasikan angka-angka penting hasil pengukuran, jangan  lupa  hasil  yang  kita  dapatkan  melalui  perhitungan  tidak  mungkin memiliki ketelitian melebihi ketelitian hasil pengukuran.
a. Penjumlahan dan Pengurangan
Bila  angka-angka  penting  dijumlahkan  atau  dikurangkan,  maka  hasil penjumlahan atau pengurangan tersebut memiliki ketelitian sama dengan ketelitian angka-angka yang dijumlahkan atau dikurangkan,  yang paling tidak teliti.
Contoh:
24,681    ketelitian hingga seperseribu
  2,34      ketelitian hingga seperseratus
  3,2   +  ketelitian hingga sepersepuluh
30,221
Penulisan hasil yang  benar  adalah            30,2 ketelitian hingga sepersepuluh.

Bila jawaban ditulis 30,22 ketelitiannya hingga seperseratus. Hal ini menunjukkan hasil perhitungan lebih teliti dibanding hasil pengukuran, karena   hasil    pengukuran  yang   dijumlahkan ada yang ketelitiannya  hanya  sampai  sepersepuluh,  yaitu  3,2. Apakah  mungkin?
Apalagi  bila  hasil  perhitungan  ditulis   30,221,  berarti  ketelitian  hasil perhitungan hingga seperseribu.

b. Perkalian dan Pembagian
Bila  angka-angka  penting  dibagi  atau  dikalikan,  maka  jumlah  angka penting  pada  hasil  operasi  pembagian  atau  perkalian  tersebut  paling banyak sama dengan jumlah angka penting terkecil dari bilangan-bilangan yang dioperasikan.
Contoh:
3,22 cm x 2,1 cm = 6,762 cm2,       ditulis 6,8 cm2  .

c. Aturan pembulatan angka-angka penting
Sebagaimana telah didiskusikan pada bagian sebelumnya, perhitungan yang melibatkan angka penting tidak dapat diperlakukan sama seperti operasi matematik biasa.  Ada beberapa aturan yang harus diperhatikan, sehingga hasil   perhitungannya tidak memiliki ketelitian melebihi ketelitian hasil pengukuran yang dioperasikan.
Kita ambil kembali contoh penjumlahan dan perkalian sebelumnya;
24,681 + 2,343 + 3,21 = 30,234           ditulis 30,23
3,22 x 2,1 = 6,762                                 ditulis            6,8

Mengapa pada hasil penjumlahan nilai 0,004 dihilangkan, sedangkan pada hasil perkalian nilai 0,062 dibulatkan menjadi 0,1? Untuk membulatkan angka-angka penting, ada beberapa aturan yang harus kita ikuti:
a.  Angka kurang dari 5, dibulatkan ke bawah (ditiadakan)
 Contoh: 12,74 dibulatkan menjadi 12,7
b.  Angka lebih dari 5, dibulatkan ke atas
 Contoh: 12,78 dibulatkan menjadi 12,8
c. Angka 5, dibulatkan ke atas bila angka sebelumnya ganjil dan ditiadakan bila angka sebelumnya genap.
Contoh: 12,75 dibulatkan menjadi 12,8
          12,65 dibulatkan menjadi 12,6